#2 Creativity: The Misterious Girl’s Smile Syndrome Effect

                 Pelajaran berlangsung seperti biasanya. Malas, rame, bahkan ada yang tidur, hal itu sudah menjadi pemandangan wajar di kelas.
                “Hoaaahh…” Aku pun menguap.
                “Ngantuk bro?” Tanya Kikuk.
                “Banget nih…”
                Setelah 15 menit,aku memerangi hawa nafsu yang terus membujukku untuk menuju dunia mimpi, akhirnya bel pulang pun berbunyi juga (teet…teet…teet…teet…)
                “YES!”
                Aku pun berteriak dengan sangat keras, hingga seisi ruang kelas menertawakanku. Aku menjadi  sangat malu dan sal-ting. Kulihat sekeliling, namun mata ini hanya tertuju pada satu obyek sekitar arah jam 10.00, timur laut. Asseeekk…
                Kulihat sekilas senyuman misterius yang membuatku seakan- akan ditarik ke sebuah pulau tak berpenghuni yang sangat indah,nyaman,dan damai, di mana hanya aku dan Dia-yang-tidak-boleh-disebutkan-namanya itu saling memandang dan berbalas senyum tanpa ada batasan waktunya. Aku tidak percaya dengan hal itu. Aku coba mengucek- ucek mataku. Apakah dia asli atau hanya halusinasiku saja?
                Namun sayang, aku hanya dapat menikmati senyuman itu sebentar saja. Ini semua dikarenakan tempatku dan tempatnya berada, seperti dibatasi oleh tembok baja setinggi langit ataupun seperti terdapat  sungai tanpa ujung yang di tengah- tengahnya terdapat banyak monster lapar yang sewaktu- waktu siap memangsa kita.
                Sepanjang perjalan pulang, aku terus memikirkan senyuman tadi. Sejenak aku menjadi teringat pada sosok bidadari yang pernah pergi tanpa jejak dari kehidupanku.
                Sebelum sampai di rumah, aku menyempatkan diri untuk berhenti sebentar di sebuah toko buku. Kupilih-pilih buku yang menurutku asyik untuk dibaca.
                “Mbak ada yang paling mahal, gak?” Cuma nanya doang.
                “Wah, mas! Mau yang harga berapa?” Jawab salah satu penjaganya.
                “Yasudah mbak nanti aja!” (GUBRAK)
                Setelah memilih- milih buku, aku segera menuju ke kasir untuk membayar.
                “Mbak yang ini boleh ditawar gak?” sambil menunjukkan bukunya.
(OMAYGAT) Kulihat mbaknya kasir itu menertawakanku, yaa…  walaupun agak ditutup- tutupi…
                Sembari melihat mbaknya tertawa tadi, tiba- tiba kurasakan The Misterious Girl’s Smile Syndrome Effect itu muncul lagi. Kulihat si bidadari itu tersenyum kepadaku. Dia pun segera berlari menuju luar toko buku. Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung pergi mengejarnya dan menghiraukan buku tadi. Dia berlari seolah- olah dia inginkan aku untuk mengejarnya, seperti di film- film Bollywood gitu. Tetapi dia berlari terlalu cepat, bagaikan atlet lari gaya dada. Aku pun tak kuasa mengejarnya. Tidaaakk…
                Aku masih mencoba untuk mengimbangi kecepatannya, sampai- sampai jantung ini berdetak terlalu cepat hingga 100 km/jam. Dan tiba- tiba kepalaku pusing, mataku berkunang- kunang, nafasku terseok- seok, dan tubuhku melemas. BRAK! Akupun pingsan di jalanan. Ketika aku bangun yang kulihat hanyalah orang- orang yang menggeromboliku. Dan aku pun menjadi kehilangan bidadari tadi lagi.
                Bukan apa- apa yang aku takutkan. Hanya saja aku takut, apabila dia pergi meninggalkanku lagi untuk yang kedua kalinya, di saat aku masih mencoba menafsirkan apakah arti senyuman itu sebenarnya.   

0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda sangat bermanfaat bagi kami!