Penonton adalah jiwa yang menghidupkan sebuah acara. Makin heboh penonton, makin meriah dan sukses acara tersebut. Saking tingginya kebutuhan itu, hadirlah profesi, “koordinator penonton” dan “penonton bayaran”.Menggiurkan, ya?
Hari itu Harsono sudah tiba di lokasi studio RCTI sejak subuh. Selama bulan puasa, studio tersebut jadi rumah kedua bagi Harsono. Maklum, ia harus selalu standby mengawasi “anak buah”-nya yang menjadi penonton bayaran untuk program Dahsyat dan Dahsyatnya Sahur. Profesi Harsono mungkin masih terdengar aneh di telinga sebagian orang. Namun pria ini sudah menjalani pekerjaan sebagai koordinator pengumpul penonton selama 5 tahun.
Pernahkah anda mengira, bra yang dipakai oleh para wanita itu mempunyai fungsi lain yang unik??? Tahukah kalian kalau bra ternyata dapat digunakan sebagai masker???
Bra yang bentuknya tidak berbeda dengan bra konvensional dan dapat digunakan sebagai masker, karena talinya dapat diselipkan di kepala dan memiliki cup yang terpisah sehingga dapat dipakai oleh dua orang. Bra ini dinamakan emergency bra.
1. Tahukah anda meluapkan perasaan senang dengan tertawa sangat bermanfaat untuk kesehatan. Tertawa dapat melepaskan pemikiran negatif dan stress di dalam tubuh. Dengan menurunnya tingkat stress di dalam diri anda dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh meningkat dan secara alami akan membuat tubuh lebih sehat.
2. Tahukah anda bila tertawa menghasilkan hormon endorphine yang dapat memberikan rasa tenang dan nyaman untuk tubuh. Banyak orang bilang, tertawa bisa bikin awet muda loh ..
Pelajaran berlangsung seperti biasanya. Malas, rame, bahkan ada yang tidur, hal itu sudah menjadi pemandangan wajar di kelas.
“Hoaaahh…” Aku pun menguap.
“Ngantuk bro?” Tanya Kikuk.
“Banget nih…”
Setelah 15 menit,aku memerangi hawa nafsu yang terus membujukku untuk menuju dunia mimpi, akhirnya bel pulang pun berbunyi juga (teet…teet…teet…teet…)
“YES!”
Aku pun berteriak dengan sangat keras, hingga seisi ruang kelas menertawakanku. Aku menjadi sangat malu dan sal-ting. Kulihat sekeliling, namun mata ini hanya tertuju pada satu obyek sekitar arah jam 10.00, timur laut. Asseeekk…
Kulihat sekilas senyuman misterius yang membuatku seakan- akan ditarik ke sebuah pulau tak berpenghuni yang sangat indah,nyaman,dan damai, di mana hanya aku dan Dia-yang-tidak-boleh-disebutkan-namanya itu saling memandang dan berbalas senyum tanpa ada batasan waktunya. Aku tidak percaya dengan hal itu. Aku coba mengucek- ucek mataku. Apakah dia asli atau hanya halusinasiku saja?
Namun sayang, aku hanya dapat menikmati senyuman itu sebentar saja. Ini semua dikarenakan tempatku dan tempatnya berada, seperti dibatasi oleh tembok baja setinggi langit ataupun seperti terdapat sungai tanpa ujung yang di tengah- tengahnya terdapat banyak monster lapar yang sewaktu- waktu siap memangsa kita.
Sepanjang perjalan pulang, aku terus memikirkan senyuman tadi. Sejenak aku menjadi teringat pada sosok bidadari yang pernah pergi tanpa jejak dari kehidupanku.
Sebelum sampai di rumah, aku menyempatkan diri untuk berhenti sebentar di sebuah toko buku. Kupilih-pilih buku yang menurutku asyik untuk dibaca.
“Mbak ada yang paling mahal, gak?” Cuma nanya doang.
“Wah, mas! Mau yang harga berapa?” Jawab salah satu penjaganya.
“Yasudah mbak nanti aja!” (GUBRAK)
Setelah memilih- milih buku, aku segera menuju ke kasir untuk membayar.
“Mbak yang ini boleh ditawar gak?” sambil menunjukkan bukunya.
(OMAYGAT) Kulihat mbaknya kasir itu menertawakanku, yaa… walaupun agak ditutup- tutupi…
Sembari melihat mbaknya tertawa tadi, tiba- tiba kurasakan The Misterious Girl’s Smile Syndrome Effect itu muncul lagi. Kulihat si bidadari itu tersenyum kepadaku. Dia pun segera berlari menuju luar toko buku. Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung pergi mengejarnya dan menghiraukan buku tadi. Dia berlari seolah- olah dia inginkan aku untuk mengejarnya, seperti di film- film Bollywood gitu. Tetapi dia berlari terlalu cepat, bagaikan atlet lari gaya dada. Aku pun tak kuasa mengejarnya. Tidaaakk…
Aku masih mencoba untuk mengimbangi kecepatannya, sampai- sampai jantung ini berdetak terlalu cepat hingga 100 km/jam. Dan tiba- tiba kepalaku pusing, mataku berkunang- kunang, nafasku terseok- seok, dan tubuhku melemas. BRAK! Akupun pingsan di jalanan. Ketika aku bangun yang kulihat hanyalah orang- orang yang menggeromboliku. Dan aku pun menjadi kehilangan bidadari tadi lagi.
Bukan apa- apa yang aku takutkan. Hanya saja aku takut, apabila dia pergi meninggalkanku lagi untuk yang kedua kalinya, di saat aku masih mencoba menafsirkan apakah arti senyuman itu sebenarnya.